Jumat, 08 Mei 2009

....... " EMGAIN THE KWEEKSCHOOL OF MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA " .......

PROFIL MADRASAH MU’ALLIMIN MU’ALLIMAAT MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


Description

Milis ini didirikan pada pertengahan tahun 2006 (Mei-Juni), bersamaan dengan musibah Gempa Bumi yang menghamtam koy Yogyakarta, termasuk menimbulkan kerusakan berat pada gedung utma Muallimin.

Milis emgain ini (pembacaan dari M3IN: Muallimin) lahir dari tiadanya media silaturahim yang efektif antar alumni Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, khususnya mereka yang lulus setelah tahun 1990an. Sebagai lulusan Sekolak Kader Muhammadiyah, tentunya sangat membutuhkan jaringan yg kuat untuk mencapai cita-cita kekaderannya.

Sebagai media informasi internal alumni, milis sedianya menjadi wadah diskusi, berbagi informasi, info beasiswa, lowongan pekerjaan dan sebagainya. Tema-tema tentang ke-Mualliminan dan ke-Muhammadiyahan sangat mendominasi diskusi, ini sangat sesuai bagi para alumni yang juga kader "Anak Panah" Muhammadiyah.

Terakhir:
"Mu'allimin adalah sekolah kader persyarikatan Muhammadiyah. Para alumnusnya adalah kader-kader atau "Anak Panah" Muhammadiyah yang selalu siap sedia mengembangkan persyarikatan ini. Sampai kapan pun, dimana pun, Muhammadiyah memanggilmu untuk berkiprah demi kemajuan, kedamaian dan kejayaan Islam." 

Bagi teman-teman yang bukan alumni atau tidak memiliki ikatan dengan Muallimin, kami mohon maaf akan menolak aplikasi gabung anda.

Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta mula-mula didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1920 dengan nama “Qismul Arqa” atau sering disebut “Hogere School” yang berarti sekolah menengah tinggi. Sebuah nama yang cukup mentereng untuk ukuran zaman itu. Pada waktu itu, tempat belajarnya cukuplah menempati ruang makan yang sekaligus menjadi dapur keluarga K.H. Ahmad Dahlan. Tahun 1923 nama tersebut diganti menjadi “Kweekschool Islam”, lalu berubah lagi menjadi “Kweekschool Muhammadiyah”. Pelajarnya masih campuran, putra-putri. Pada tahun 1927 diadakan pemisahan, dengan mendirikan “Kweekschool Istri”. Akhirnya pada Kongres Muhammadiyah tahun 1930 di Yogyakarta kedua sekolah guru ini diganti lagi namanya menjadi “Madrasah Mu’allimin Mu’allimat”. Sebelum itu, yaitu pada tahun 1928, Kongres/Muktamar di Medan mengamanatkan kepada Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk mengelola secara resmi Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta ini sebagai tempat pendidikan calon kader pemimpin, guru agama dan mubaligh Muhammadiyah.

Sejak tahun 1921, Persyarikatan Muhammadiyah mulai berkembang ke luar wilayah Yogyakarta dan tahun 1930 telah merata hampir di seluruh pelosok Indonesia. Kweekschool Muhammadiyah Putra dan Putri yang telah diganti namanya dengan Madrasah Mu’allimin dan Madrasah Mu’allimat juga mulai menampung pelajar dari luar Yogyakarta, bahkan dari luar Jawa. Pada umumnya mereka dikirim ke Yogyakarta resminya oleh cabang-cabang Muhammadiyah. Rupanya cabang-cabang telah memiliki kesadaran untuk menempa calon pemimpin, guru dan mubaligh Muhammadiyah serta ‘Aisyiyah.

Sejak tahun 1921, Persyarikatan Muhammadiyah mulai berkembang ke luar wilayah Yogyakarta dan tahun 1930 telah merata hampir di seluruh pelosok Indonesia. Kweekschool Muhammadiyah Putra dan Putri yang telah diganti namanya dengan Madrasah Mu’allimin dan Madrasah Mu’allimat juga mulai menampung pelajar dari luar Yogyakarta, bahkan dari luar Jawa. Pada umumnya mereka dikirim ke Yogyakarta resminya oleh cabang-cabang Muhammadiyah. Rupanya cabang-cabang telah memiliki kesadaran untuk menempa calon pemimpin, guru dan mubaligh Muhammadiyah serta ‘Aisyiyah.

Setelah mengalami pasang surut dalam perjalanan sejarahnya yang cukup panjang di bawah kepemimpinan K.H. Ahmad Dahlan, K.H. Siradj Dahlan (I), K.H.R.. Hadjid, K.H. Siradj Dahlan (II), K.H. Mas Mansyur (Direktur Kehormatan), K.H.A.. Kahar Muzakkir, K.H. Aslam Zainuddin, K.H. Djazari Hisyam, H. Mh. Mawardi (I), H. Amin Syahri, H. Mh. Mawardi (II), lalu timbul gagasan untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan lebih meningkatkan kualitas pendidikan dan pengajaran. Sehubungan dengan itu, maka pada tahun 1980 di bawah kepemimpinan Usatdz HMS. Ibnu Juraimi, terjadilah perubahan sistem pendidikan Mu’allimin yang sangat mendasar. Jikalau pada masa sebelumnya asrama belum menjadi satu kesatuan sistem dengan madrasah, maka sejak tahun 1980 itulah Mu’allimin mulai menganut sistem “long life education”. Pada sistem ini madrasah hanyalah merupakan sub sistem dari pondok pesantren. Langkah perubahan ini didasari pemikiran bahwa tujuan pendidikan Mu’allimin yang sesuai dengan idealisme hanya bisa dicapai dengan memadukan sistem madrasah dan asrama.

Perpaduan antara kebutuhan persyarikatan (yakni : pencetakan kader-kader) dan kebutuhan umat saat itu (yakni : keinginan untuk memperoleh ijazah formal yang diakui oleh negara, sehingga dapat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi umum maupun agama) merupakan tuntutan yang tidak bisa dielakkan. Adapun langkah pengembangan yang dilakukan adalah sebagai berikut. Pertama, memasukan kurikulum Madrasah Tsanawiyah dan Aliyah sesuai Kurikulum 1975 (SKB 3 Menteri pada masa Menteri Agama Prof. Dr. A. Mukti Ali) ke dalam kurikulum Mu’allimin . Dengan cara ini para siswa Mu’allimiN diharapkan dapat mengikuti ujian Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Negeri. Kedua, para siswa diwajibkan tinggal di dalam Asrama/Pondok. Ketiga, pengajaran Bahasa Arab dan Bahasa Inggris lebih diintensifkan lagi dengan tujuan mencetak siswa Mu’allimin yang handal dalam berbahasa asing, baik secara aktif maupun pasif.

Kemudian pada tahun 1987, di bawah kepemimpinan Drs. H. Sri Satoto, dilakukanlah resistematisasi kurikulum. Tujuannya agar proses pendidikan dan pengajaran dapat lebih berdaya guna dan berhasil guna. Sehubungan dengan itu, pengembangan Mu’allimin dilajutkan lagi dengan kebijakan untuk merekayasa suatu paket terpadu yang menyangkut materi bidang studi Al-Islam dan Kemuhammadiyahan dengan teknik kurikulum silang (crossing curriculum), yakni memadukan materi GBPP Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Departemen Agama RI dengan materi Mu’allimin yang merujuk kepada referensi “kitab kuning”. Proses terakhir inilah yang masih terus berlangsung hingga saat ini. Tentu saja, dalam rangka memperoleh hasil yang sempurna, evaluasi dan revisi (perbaikan) terus menerus dilakukan terhadap materi bidang studi Al-Islam dan Kemuhammadiyahan.

Dalam masalah legalitas formal, sesungguhnya pendidikan di Mu’allimin pernah bersifat sangat mandiri dalam kurun masa yang relatif panjang, yaitu sejak berdiri tahun 1920 (atau 8 Desember 1921 jika dihitung berdasarkan piagam pendirian Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah nomor: 20/P.P./1988 tertanggal 22 Shafar 1409 H/3 Oktober 1988 M) sampai dengan tahun 1978. Yang dimaksud mandiri di sini adalah tiadanya campur tangan negara/pemerintah dalam penyelenggaraan pendidikan, dengan lebih mementingkan “isi” (materi pendidikan) daripada “kulit” (pengakuan formal ijazah negara). Kondisi ini mengalami perubahan seiring dengan terjadinya perubahan orientasi masyarakat dan peraturan Pemerintah bahwa untuk dapat memasuki perguruan tinggi, haruslah berijazah Negara.. Perubahan orientasi masyarakat dan peraturan baru tersebut menjadi salah satu faktor kemunduran pendidikan di Mu’allimin, terutama dapat dilihat dari kian menurunnya jumlah siswa yang berminat belajar di Mu’allimin. Pada waktu itu. jumlah siswa maksimal pernah mencapai lebih dari seribu orang, lalu merosot drastis menjadi hanya 180-an orang. Keprihatinan memandang realitas seperti itu telah mendorong sejumlah alumni untuk melakukan “gerakan penyelamatan almamater”. Mereka adalah (1) Ustadz Jumaini Rahmat – alumni 1957, (2) Ustadz. Musthafa Kamal Pasya – alumni 1958, (3) Ustadz MS. Ibnu Juraimi – alumni 1962, (4) Ustadz Abdullah Effendi – alumni 1962, (5) Ustadz Mhd. Khalil – alumni 1963, (6) Ustadz Muflih Dahlan – alumni 1963, (7) Ustad. A. Muhsin Asraf – alumni 1964, (8) Ustadz Zamzuri Umar – alumni 1965, (9) Ustadz Chusnan Yusuf – alumni 1965, (10). M. Alfian Darmawan – alumni 1967. Di belakang hari, orang yang terlibat dalam “gerakan penyelamatan almamater” bertambah dua orang, yaitu: (1) Ustadz Sunarno – alumni 1968, dan (2) Ustadz M. Jahdan Ibnu Humam – alumni 1969. Dari berbagai pertemuan dan diskusi yang dilakukan, kemudian lahirlah kebijakan untuk memenuhi tuntutan masyarakat tersebut di atas.

Akhirnya, Mu’allimin membuka diri untuk menerima campur tangan negara/pemerintah dengan mengadopsi kurikulum pemerintah dan membuka program pendidikan setingkat Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah yang terdaftar di Departemen Agama RI, serta memberi kesempatan kepada siswanya untuk mengikuti ujian negara dan mendapatkan ijazah yang diakui oleh negara/pemerintah. Sebagai bukti pengakuan tersebut, Kanwil Departemen Agama Propinsi DIY memberikan piagam registrasi nomor: 78/028/A/T tertanggal 21 April 1978 untuk Madrasah Tsanawiyah, dan nomor: 78/017/A/A tertanggal 21 April 1978 untuk Madrasah Aliyah, serta piagam pendirian Pondok Pesantren nomor: A-8401 tertanggal 9 Februari 1984. Bahkan, Mu’allimin juga tercatat sebagai lembaga pendidikan dengan Nomor Statistik Madrasah (NSM) 212347111006 (Tsanawiyah), 3122347111028 (Aliyah), dan 512347110003 .(Pondok Pesantren).

Dalam perkembangan selanjutnya, sejak tahun pendidikan 1987/1988, Mu’allimin memperoleh jenjang akreditasi “Disamakan” untuk Madrasah Tsanawiyah dari Kanwil Departemen Agama Propinsi DIY (Piagam Jenjang Akreditasi nomor: A/W1/MTs/043/97 tanggal 17 Mei 1997), dan juga “Disamakan” untuk Madrasah Aliyah dari Direktorat Pembinaan Kelembagaan Agama Islam (Binbaga Islam) Departemen Agama RI (Piagam Jenjang Akreditasi nomor: A/E.IV/0023/1997 tanggal 1 Agustus 1997). Akreditasi ini dilakukan setiap lima tahun sekali.

Adapun ciri khas pendidikan di Mu’allimin juga mengalami perkembangan. Sejak semula Mu’allimin adalah sekolah kader Muhammadiyah. Pada masa penjajahan Belanda dan Jepang, lama pendidikan hanya 5 (lima) tahun. Mulai tahun 1957/1958, lama pendidikan di Mu’allimin menjadi 6 (enam) tahun — waktu itu setara dengan PGAA/PGAN — dan bertahan sampai sekarang. Pada masa penjajahan dan dua dekade pasca kemerdekaan, Mu’allimin menjadi model pembibitan kader-kader Muhammadiyah yang militan. Istilah “Anak Panah Muhammadiyah” menjadi kebanggaan bagi para alumninya yang dikirim mengabdi ke berbagai pelosok wilayah Indonesia. Di sana mereka melakukan aktualisasi diri sebagai kader Muhammadiyah, dan hasilnya antara lain terbentuknya Ranting-ranting Muhammadiyah yang baru, atau lahirnya Madrasah-madrasah Mu’allimin yang meniru model Mu’allimin Yogyakakarta.

Setelah Persyarikatan Muhammadiyah menjadi organisasi yang besar dengan bidang garap yang semakin luas, maka Mu’allimin pun mengalami perubahan sebagai pusat pembibitan kader Muhammadiyah. Karena prototip kader Muhammadiyah mengalami perubahan dan penyesuaian diri, maka lulusan Mu’allimin pun dianggap belum mencukupi tuntutan masyarakat yang semakin maju. Akhirnya, Mu’allimin pun memposisikan dirinya hanya sebagai pusat pembibitan kader Muhammadiyah tingkat menengah. Meskipun demikian, tetap terbuka bagi para alumninya untuk mengikuti proses pengkaderan tingkat lanjut, baik di Perguruan Tinggi Muhammadiyah maupun di dalam Ortom-ortom Muhammadiyah, seperti IRM, IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah) dan Pemuda Muhammadiyah tingkat Daerah, Wilayah maupun Pusat.

Ketika Muallimin membuka jurusan Keagamaan dalam program pendidikan Aliyah pada tahun pendidikan 1996/1997, antara lain untuk mengimbangi program MAN PK (Pendidikan Keagamaan) yang digagas dan dicanangkan oleh Menteri Agama RI waktu itu, H. Munawwir Sadzali, M.A., maka Muallimin pun mempertegas orientasi program pendidikannya dengan memberikan peluang sebesar-besarnya kepada para siswanya untuk melanjutkan studi ke berbagai Perguruan Tinggi Agama dan Umum, baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Program pendidikan yang dimaksud terbagi dua, yaitu pertama, Madrasah Aliyah Umum (MAU) jurusan IPA dan IPS, serta kedua, Madrasah Aliyah Keagamaan (MAK).



Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta hadir di Face Book



 

Madarsah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta membuat account d www.facebook.com , sebuah social network site yang sedang naik pamor, sebagai wujud perhatian Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta akan kemajuan teknologi, maka account di facebook dibuat sebagai media informasi bagi para alumni, wali santri, dan warga Muhammadiyah pada umumnya, juga sebagai wadah komunikasi antara keluarga besar Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta, sehingga ukhuwah islamiyah tetap terjalin dengan adanya account Mu’allimin di facebook.

Selain itu, karena dalam waktu dekat Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta akan membuka pendaftaran bagi siswa baru, maka diharapkan, dengan hadirnya Mu’allimin di Face Book, maka Informasi tentang pendaftaran siswa baru dapat di update juga melalui face book Mu’allimin, bagi yang ingin bergabung dengan Mu’allimin di facebook, bisa di add melalui e mail mualliminmuhyk@gmail.com

Dalam rangka mendukung pendaftaran siswa baru, muallimin juga membuka online support melalui Yahoo Mesenger dengan emal muallimin_muhyk@yaho.com, Insya Allah fasilitas online support untuk pendaftaran siswa baru ini bisa di guanakan pada saat pendaftaran siswa baru dimulai, yang rencananya akan di buka pada tanggal 17 Februari 2009.



Lapangan Basket baru untuk Santri Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah



Dalam rangka mendukung Milad SKM ( Sinar Kaum Muhammadiyah ) ke - 84, Madrasah Mu’alimin Muhammadiyah Yogyakarta membangun sebuah fasilitas olahraga baru, yaitu Lapangan Basket, yang bertempat di Asrama Abu Bakar Ash Shiddiq, lapangan yang sedianya akan digunakan untuk menyemarakkan Milad SKM ke - 84 ini dirampungkan beberapa hari sebelum acara milad SKM tahun ini di buka oleh Direktur Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.

Pembangunan lapangan ini adalah dalam rangka penyempurnaan fasilitas Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta, yang sebelumnya telah menyelesaikan pembangunan Gedung Utama dan di ikuti pembangunan Gedung untuk Klinik kesehatan dan Area parkir, selain itu juga telah dirampungkan Ruangan Multimedia, juga dalam proses penyelesaian Gedung Laboratorium Bahasa, guna mendukung proses pengembangan Bahasa Asing, terutama Bahasa Arab dan Bahasa Inggris di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.



Milad SKM ke 84 resmi dibuka oleh Direktur Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta


 

Milad SKM ( Sinar Kaum Muhammadiyah ) ke 84 resmi dibuka oleh ust. M. Ikhwan Ahada, S.Ag, selaku Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta, selasa 10 Februari 2009, bertempat di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.

Acara tahunan yang di amanatkan kepada siswa kelas 4 tahun ini diharapkan akan lebih meriah dari tahun-tahun senelumnya, hal ini dikarenakan, semua elemen di Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta diwajibkan terlibat dalam Milad SKM tahun ini, baik dari tingkat Direktur beserta kau, guru, musyrif, karyawan dan seluruh siswa Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta.

Berbagai perlombaan yang dipertandingkan dalam Milad SKM kali ini juga beragam, dari Futsal, Basket, Badminton, Tenis Meja, Debat Bahasa Inggris, Cerdas Cermat dll.

Pada tahun ini, Madrasah juga menyiapkan sebuah lapangan olah raga baru, yang bertempat di belakang gedung utama Madrsah Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta, yang memang dipersiapkan untuk Milad SKM ke 84, dan setelah Milad SKM ini berakhir, akan digunakan sebagai sarana olahraga bagi siswa Madrasah Mu’allimin Muhammdiyah Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar